Peranan
strategi belajar mengajar sangat penting dalam dinamika suatu kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan. Suatu tujuan, sulit untuk dicapai jika tidak
ada sarana untuk mencapainya. Pembinaan pemahaman, pengahayatan, dan pengamalan
pancasila dapat terlaksana kalau ada materi/bahan untuk mencapai tujuan
tersebut. Materi itu saja tidak akan dengan sendirinya mencapai tujuan, tanpa
ada tangan manusia yang mengolahnya. Untuk mengolah/membuat proses ini perlukan
strategi, bagaimana pun bentuk dan ragamnya. Oleh dasar pertimbangan itulah
maka dalam usaha untuk menumbuhkan sikap dan perilaku anak didik yang sesuai
dengan nilai-nilai moral/nilai Pancasila, diperlukan srtegi belajar mengajar
PKn. Strategi belajar yang diperlukan untuk kepentinagan diatas, dikembangkan
berdasrkan suatu pendekatan. Sebab pendekatan (approach) merupakan pola
berpikir (way of thingking) atau pangkal tolak atau pola dasar
pemikiran.
Adapun
prinsip-prinsip dan macam-macam pendekatan PKn dalam kerangka belajar mengajar
PKn sebagai berikut :
Prinsip-prinsip pendekatan PKn
Pendekatan
pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan sebagai pola dasar pikir dalam membina
nilai/moral/nilai Pancasila. Hal itu menunjukkan bahwa pembinaan
kewarganegaraan indonesia, tidak mengikuti alirab bebas nilai (value free) tetapi
menganut aliran berdasar nilai (value based) yaitu nilai Pancasila.
(Depdikbud,
Ditjen Dikti, Modul No.20 APMP,
1982/1983:14). Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam pembinaan
moral/nilai warganegara yaitu : “melalui keterpanggilan-kelibatan-keterundangan
dan keterkaitan (engagement) siswa sendiri terhadap konsep moral/nilai
yang kita tampilkan melalui cara mereka tidak secara langsung kita ajari,
melainkan diundang untuk menangkapnya sendiri misi mora/nilai tersebut”.
Dengan
demikian prinsip pembinaan moral/nilai/nilai pada dasarnya menghendaki
kebebasan didalam memahami dan menghayati nilai-nilai moral/nilai yang
ditampilkan, keterikatan hanya pada nilai-nilai itu sendiri, bukan pada cara
menanggap nilai. Oleh karena itu dalam pembinaan moral / nilai/ perlu
mengkombinasikan antara keterikatan (pada nilai-nilai pancasila) dengan
kebebasan (dalam cara memahami/menangkap kosep moral/nilai) merupakan prinsip
yang tepat dalm pembinaan PKN. Sehingga guru dalam melaksanakan pembinaan PKN
terkait untuk tetep berpegang pada target nilai, dan pada sisi lain memberikan
kebebasan pada siswa untuk melakukan penilaian dan penerimaan secara kritis
terhadap konsep moral/nilai yang ditampilkan. Pembinaan moral/nilai dengan cara
indoktrinasi tidaklah tepat dan dengan contoh tauladan saja tentu sangat tidak
efektif. Sebab kedua prinsip tersebut ( indoktrinasi dan contoh tauladan),
tidak akan membantu mengembangkan potensi siswa berkembang secara wajar.
Padahal perkembangan potensi ini sangat esensial dalam pembinaan moral/nilai.
Macam-macam pendekatan PKn
Menurut
Douglas Superka ada delapan pendekatan pembinaan moral/nilai ( Depdikbud,
Ditjen Dikti, Modul No. 20APMP, 1989/1983 : 14-15) yaitu :
1)
Pendekatan Evocation (Evokasi):
Dimana
siswa diberi kesempatan/kebebasan seluas-luasnya untuk mengutarakan/
mengekspresikan respon/tanggapan terhadap sesuatu hal yang diutaran oleh guru
(secara variabel atau stimulus tertentu). Siswa boleh secara spontan
mengutarakan /mengklarifikasi pendapatnya
2)
Pendekatan inculcation
Siswa
tidak diberi kesempatan atau kebebasan memilih seperti diatas (pendekatan
evokasi-pen) tetapi diajak untuk berfikir atau berbuat menurut pola-pola yang
sudah ditetapkan ( perhitungan secara matang)
3)
Pendekatan Awarness (Kesadaran)
Tujuan
pendekatan ini agar siswa : mengenali dan menyadari nilai yang ada dalam
dirinya tentang sesuatu hal, mengenal nilai dari orang lain serta mampu:
menyatakan alasan pilihan posisi yang diambilnya trhadap sesuatu. Pendekatan
merupakan pendekatan untuk mengklasifikasi diri dan pebuatannya secara penuh
kesadaran.
4)
Pendekatan Moral/Nilai
Suatu
kasus yang dimaniplasikan dalam cerita pendek tertentu (cerita sebagai
stimulusnya).
5)
Pendekatan Analysis
Tokoh
pendekatan ini a.l. Mecalf berg tetapi lebih menekankan penggunaan cara
berfikir logis dan prosedur penelahan secara ilmiah (Scientific investigatuon
procedures). Dalam buku Metcalf Value education diutarakan tiga jenis metode
analisis nilai ialah : reportasi dan analisis nilai secara akurat serta kartu
keyakinan (evidence card).
6)
Pendekatan Clarification ( klarifikasi)
Dalam
pendekatan ini siswa dibantu/dibina untuk menguji diri dan perbuatannya atau
kejadian melalui cara-cara yang emosional maupun yang rasional. Untuk
selajutnya didorong kearah menentukan pilihan atau penilaian secara jelas
(klarifikasi) penerapan pendekat ini secara metodologis bisa melalui inquiri
nilai secara tanya jawab random,permainan.
7)
Pendekatan Commitmen
Siswa
diajak dahulu menyepakati sesuatu pola yang akan disajikan
criteria/indicator penilaian atau perbuatan. Setelah itu barulah merak
diajak menelaah sesuatu atau melalukan sesuatu atas dasr criteria yang
dispakati terrsebut.
8)
Pendekatan Union
Dalam pendekatan ini agar
siswa memahami betul suatu masalah/hal (termasuk nilai dan
moral/nilainya) siswa diintegrasikan ke dalam suatu kancah kehidupan riil.
Meraka disatupadukan menjadi bagian dari kehidupan. Dengan demikian mereka
belajar sampai melakoni (learning by doing atau Do, Look and Learn).
JENIS–JENIS
STRATEGI DALAM MENGAJAR
Berbagai jenis strategi Belajar
Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain:
·
Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan
Strategi Deduktif. Dengan Strategi
Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi
atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat
berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam
mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
Strategi Induktif. Dengan Strategi
Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri
atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat
digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep
terdefinisi.
·
Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.
Strategi Belajar Mengajar
Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua
aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah pada penyampaian
isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari.
Semuanya telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen
yang langsung behubungan dengan para siswa pada waktu proses pembelajaran
berlangsung.
Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu
suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen
pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.
·
Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru
Strategi Seorang Guru. Seorang guru
mengajar kepada sejumlah siswa. Strategi Pengajaran Beregu (Team
Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah
siswa.
Pengajaran
Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau
sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.
·
Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa
Strategi
Klasikal
Strategi
Kelompok Kecil
Strategi
Individual.
·
Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa
Strategi
Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
Strategi
Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan
siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan
media.
Berdasarkan Model Desain Pelaksanaan Evaluasi
Belajar
Berdasarkan
maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi
belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan
kombinasi dari ketiganya.
Evaluasi
sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah
berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan
istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya
bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau
penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa. Asumsi
yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal
sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil
penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses
belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat
dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan
seperlunya.
Evaluasi
formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama
masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru
menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program
atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki
umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses
belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih
lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru
sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain,
evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan
kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and
learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi
informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading),
dan kelulusan.
Evaluasi
reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses
belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test.
Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau
informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf
penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan
rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang
mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya.
Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.
Penggunaan
teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering juga
dilakukan terutama antara reflektif dan sumatif atau model pre-post test
design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita
ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang bersangkutan.
Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi
dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut.
Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih
komprehensi.
POLA UMUM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PKN
Menurut Kemp (1977), ada tiga macam
kegiatan belajar mengajar yaitu :
- Presentasi (presentation) disini guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara ceramah (lecturing), berbicara secara informal, menulis dipapan tulis, menunjukkan sesuatu dengan memakai alat bantu seprti film, radio, menunjukkan benda asli atau tiruannya dan sebagainya.
- Studi independen (independent study); disini siswa bekerja sendiri misalnya dengan membaca buku, memecahkan masalah, perpustakaan, mendengarkan radio, melihat televise dan sebagainya.
- Interaksi guru siswa ( teacher-student interaction), dimana guru dan siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk diskusi, menulis laporan, dan sebgainya (A.Gafur, 1989 : 104 ).
METODE-METODE DALAM MENGAJAR Pkn
Ada beberapa metode-metode yang
digunakan dalam mengajar Pkn, yaitu:
a) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu
teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang
dimana di dalam teknik ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih
individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan
masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yagn pasif sebagai pendengar.
b) Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalalah
suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagi suatu
kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja bersama dalam
memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru.
c) Metode
Penemuan (Discovery)
Metode penemuan merupakan proses
dimana seorang siswa melakukan proses mental yang harus mampu mengasimilasikan
sesuatu konsep atau prinsip, yang dimaksud proses mental ialah mengamati,
mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan
lain sebagainya. Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberiakn instruksi.
d) Metode
Penyajian Tanya-Jawab
Metode penyajian
tanya-jawab ialah suatu cara untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit
pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru agar
dimengerti, bermanfaat dan dapat diingat dengan baik.
e) Metode Ceramah
Metode ceramah ialah
cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah
pendidikan, yaitu dimana seorang guru menularkan pengetahuannya kepada siswa
secara lisan atau ceramah.
f) Metode Karya
Wisata
Metode karyawisata ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa
murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas. Karya= kerja,
wisata = pergi. Karyawisata = pergi bekerja. Dalam hubungannya dengan kegiatan
belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu
obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam
waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.
g) Metode Demonstrasi
Demonstrasi biasa digunakan untuk
memperagakan atau menunjukan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta didik
yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Metode demonstrasi
diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan
yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli
dalam topik bahasa yang harus di demonstrasi.
h) Metode Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
Metode Pemecahan Masalah (
Problem solving) adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran
dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harusdipecahkan atau
diselesaikan, baik secara individual atau secara kelompok. Pada metode ini
titik berat diletakkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar dan
tepat, tekanan nya pada proses pemecahan masalah dengan penentuanalternatif
yang berguna saja. Metode ini baik untuk melatih kesanggupan siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mengingat tidak
ada manusia yang dapat terlepas dari kesulitan atau masalah yang
harusdiselesaikan secara rasional.
i) Metode
Inkuiri
Inkuiri adalah suatu kegiatan dan
penelaahan sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui
proses berpikir atau penalaran secara teratur, runtut dan bisa diterima oleh
akal. Metode inkuiri merupakan kegiatan belajar-mengajar dimana siswa
dihadapkan pada suatu keadaan atau masalah untuk kemudian dicari jawaban atau
kesimpulannya. Jawaban atau kesimpulan tersebut belum tentu merupakan
pemecahan atas masalah atau keadaan yang dihadapi.Dapat juga jawaban tersebut
hanya sampai pada tingkat menemukan hal-hal yang menyebabkan timbulnya keadaan
atau masalah tersebut. Dan hal inilah yang membedakan antara metode inkuiri
dengan metodepemecahan masalah (Problem Solving) yang lebih menitikberatkan
pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa. Kegiatan inkuri dilakukan
secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan
dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti diskusi antar siswa, tanya jawabantar guru dengan murid, dan
sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban
tertentu yang sudah pasti ataupunkemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas
masalah tertentu.
j)
Metode Modelling
Dalam pembelajaran Pkn guru
merupakan modelling yang sangat berperan untuk mengajarkan materi-materi yang
berisi nilai-nilai moral. Anak akan melihat dan mengamati apa yang di lakukan
model kemudian menirukannya dalam perilaku. Selain guru model yang di gunakan
dalam pembelajaran Pkn dapat berupa manusia, misalnya tokoh masyarakat, aparat
pemerintah, pemimpin negara, pahlawan bangsa. Non manusia, misalnya mengunakan
kancil dalam cerita dongeng.
k) Metode Gaming
Gaming merupakan metode pembelajaran pkn yang menuntut siswa untuk
berlomba-lomba menang atau kalah. Penentuan menang kalah di lihat dari sisi
skor, adu kecepatan dalam menyelesaikan soal-soal dengan benar.
l) Metode
Penanaman Nilai
Melalui metode penanaman nilai ini
dapat di ajarkan kepada siswa :
I.
Memberikan nilai atas sesuatu
II.
Membuat penilaian yang rasional dan dapat di pertanggung jawabkan
III.
Memiliki kemapuan serta kecenderungan untuk mengambil keputusan yang
menyangkut masalah nilai dengan jelas, rasional dan obyektif.
IV.
Memahami dan mengamalkan nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat.
m) Metode bermain peran ( Role
Playing)
Metode bermain peran adalah berperan
atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis.
Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan
untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk
menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain (Depdikbud,
1964:171). Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar
memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya
teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu
melalui proses kelompok sosial.
Melalui bermain peran, para siswa
mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara
memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan
metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki,
keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menetukan apakah
proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai
berkembang: (Hasan, 1996: 266).
sumber :: https://meylahazizah.wordpress.com/2013/12/27/strategi-belajar-mengajar-dan-pendekatan-pkn-dalam-kerangka-strategi-belajar-pkn/
tugas ini dibuat untuk :
mata kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar