Rabu, 03 Juni 2015

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PKN



Peranan strategi belajar mengajar sangat penting dalam dinamika suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan. Suatu tujuan, sulit untuk dicapai jika tidak ada sarana untuk mencapainya. Pembinaan pemahaman, pengahayatan, dan pengamalan pancasila dapat terlaksana kalau ada materi/bahan untuk mencapai tujuan tersebut. Materi itu saja tidak akan dengan sendirinya mencapai tujuan, tanpa ada tangan manusia yang mengolahnya. Untuk mengolah/membuat proses ini perlukan strategi, bagaimana pun bentuk dan ragamnya. Oleh dasar pertimbangan itulah maka dalam usaha untuk menumbuhkan sikap dan perilaku anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai moral/nilai Pancasila, diperlukan srtegi belajar mengajar PKn. Strategi belajar yang diperlukan untuk kepentinagan diatas, dikembangkan berdasrkan suatu pendekatan. Sebab pendekatan (approach) merupakan pola berpikir (way of thingking) atau pangkal tolak atau pola dasar pemikiran.
Adapun prinsip-prinsip dan macam-macam pendekatan PKn dalam kerangka belajar mengajar PKn sebagai berikut :
Prinsip-prinsip pendekatan PKn
Pendekatan pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan sebagai pola dasar pikir dalam membina nilai/moral/nilai Pancasila. Hal itu menunjukkan bahwa pembinaan kewarganegaraan indonesia, tidak mengikuti alirab bebas nilai (value free) tetapi menganut aliran berdasar nilai (value based) yaitu nilai Pancasila.
(Depdikbud, Ditjen Dikti, Modul No.20 APMP, 1982/1983:14). Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam pembinaan moral/nilai warganegara yaitu : “melalui keterpanggilan-kelibatan-keterundangan dan keterkaitan (engagement) siswa sendiri terhadap konsep moral/nilai yang kita tampilkan melalui cara mereka tidak secara langsung kita ajari, melainkan diundang untuk menangkapnya sendiri misi mora/nilai tersebut”.
Dengan demikian prinsip pembinaan moral/nilai/nilai pada dasarnya menghendaki  kebebasan didalam memahami dan menghayati nilai-nilai moral/nilai yang ditampilkan, keterikatan hanya pada nilai-nilai itu sendiri, bukan pada cara menanggap nilai. Oleh karena itu dalam pembinaan moral / nilai/ perlu mengkombinasikan antara keterikatan (pada nilai-nilai pancasila) dengan kebebasan (dalam cara memahami/menangkap kosep moral/nilai) merupakan prinsip yang tepat dalm pembinaan PKN. Sehingga guru dalam melaksanakan pembinaan PKN terkait untuk tetep berpegang pada target nilai, dan pada sisi lain memberikan kebebasan pada siswa untuk melakukan penilaian dan penerimaan secara kritis terhadap konsep moral/nilai yang ditampilkan. Pembinaan moral/nilai dengan cara indoktrinasi tidaklah tepat dan dengan contoh tauladan saja tentu sangat tidak efektif. Sebab kedua prinsip tersebut ( indoktrinasi dan contoh tauladan), tidak akan membantu mengembangkan potensi siswa berkembang secara wajar. Padahal perkembangan potensi ini sangat esensial dalam pembinaan moral/nilai.
Macam-macam pendekatan PKn
Menurut  Douglas Superka ada delapan pendekatan pembinaan moral/nilai ( Depdikbud, Ditjen Dikti, Modul No. 20APMP, 1989/1983 : 14-15) yaitu :
1)   Pendekatan Evocation (Evokasi):
Dimana siswa diberi kesempatan/kebebasan seluas-luasnya untuk mengutarakan/ mengekspresikan respon/tanggapan terhadap sesuatu hal yang diutaran oleh guru (secara variabel atau stimulus tertentu). Siswa boleh secara spontan mengutarakan /mengklarifikasi pendapatnya
 2)   Pendekatan inculcation
Siswa tidak diberi kesempatan atau kebebasan memilih seperti diatas (pendekatan evokasi-pen) tetapi diajak untuk berfikir atau berbuat menurut pola-pola yang sudah ditetapkan ( perhitungan secara matang)
 3)   Pendekatan Awarness (Kesadaran)
Tujuan pendekatan ini agar siswa : mengenali dan menyadari nilai yang ada dalam dirinya tentang sesuatu hal, mengenal nilai dari orang lain serta mampu: menyatakan alasan pilihan posisi yang diambilnya trhadap sesuatu. Pendekatan merupakan pendekatan untuk mengklasifikasi diri dan pebuatannya secara penuh kesadaran.
4)      Pendekatan  Moral/Nilai
Suatu kasus yang dimaniplasikan dalam cerita pendek tertentu (cerita sebagai stimulusnya).
5)      Pendekatan Analysis
Tokoh pendekatan ini a.l. Mecalf berg tetapi lebih menekankan penggunaan cara berfikir logis dan prosedur penelahan secara ilmiah (Scientific investigatuon procedures). Dalam buku Metcalf Value education diutarakan tiga jenis metode analisis nilai ialah : reportasi dan analisis nilai secara akurat serta kartu keyakinan (evidence card).
6)      Pendekatan Clarification ( klarifikasi)
Dalam pendekatan ini siswa dibantu/dibina untuk menguji diri dan perbuatannya atau kejadian melalui cara-cara yang emosional maupun yang rasional. Untuk selajutnya didorong kearah menentukan pilihan atau penilaian secara jelas (klarifikasi) penerapan pendekat ini secara metodologis bisa melalui inquiri nilai secara tanya jawab random,permainan. 
7)      Pendekatan Commitmen
 Siswa diajak dahulu menyepakati sesuatu pola yang akan disajikan criteria/indicator  penilaian atau perbuatan. Setelah itu barulah merak diajak  menelaah sesuatu atau melalukan sesuatu atas dasr criteria yang dispakati terrsebut.
8)      Pendekatan Union
Dalam pendekatan ini agar siswa  memahami betul suatu masalah/hal (termasuk nilai dan moral/nilainya) siswa diintegrasikan ke dalam suatu kancah kehidupan riil. Meraka disatupadukan menjadi bagian dari kehidupan. Dengan demikian mereka belajar sampai melakoni (learning by doing atau Do, Look and Learn).
JENIS–JENIS STRATEGI DALAM MENGAJAR
Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain:
·         Atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan    
Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
·         Atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.
Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang dipelajari. Semuanya telah disajikan guru secara jelas melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung behubungan dengan para siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
Strategi Belajar Mengajar Heuristikyaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.
·         Atas Dasar Pertimbangan Pengaturan Guru
Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.
Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.
·         Atas Dasar Pertimbangan Jumlah Siswa
Strategi Klasikal
Strategi Kelompok Kecil
Strategi Individual.
·         Atas Dasar Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa
Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.
Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.
Berdasarkan  Model Desain Pelaksanaan Evaluasi Belajar
Berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari ketiganya.
Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajar-mengajar, atau sering juga kita kenal dengan istilah lain, yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa. Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.
Evaluasi formatif  ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan kelulusan.
Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.
Penggunaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama antara reflektif dan sumatif atau model pre-post test design. Tujuan penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan mungkin mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih komprehensi.
POLA UMUM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PKN
Menurut Kemp (1977), ada tiga macam kegiatan belajar mengajar yaitu :
  1. Presentasi (presentation) disini guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan cara ceramah (lecturing), berbicara secara informal, menulis dipapan tulis, menunjukkan sesuatu dengan memakai alat bantu seprti film, radio, menunjukkan benda asli atau tiruannya dan sebagainya.
  2. Studi independen (independent study); disini siswa bekerja sendiri misalnya dengan membaca buku, memecahkan masalah, perpustakaan, mendengarkan radio, melihat televise dan sebagainya.
  3. Interaksi guru siswa ( teacher-student interaction), dimana guru dan siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk diskusi, menulis laporan, dan sebgainya (A.Gafur, 1989 : 104 ).
METODE-METODE DALAM MENGAJAR Pkn
Ada beberapa metode-metode yang digunakan dalam mengajar Pkn, yaitu:
a)    Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yagn pasif sebagai pendengar.
b)   Metode Kerja Kelompok
Metode  kerja kelompok adalalah suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagi suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru.
c)    Metode Penemuan (Discovery)
Metode penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan proses mental yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip, yang dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain sebagainya. Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberiakn instruksi.
d)     Metode Penyajian Tanya-Jawab
   Metode penyajian tanya-jawab ialah suatu cara untuk memberikan motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru agar dimengerti, bermanfaat dan dapat diingat dengan baik.
e)    Metode Ceramah
   Metode ceramah ialah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, yaitu dimana seorang guru menularkan pengetahuannya kepada siswa secara lisan atau ceramah.
f)    Metode Karya Wisata
       Metode karyawisata ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa murid langsung kepada obyek yang akan dipelajari di luar kelas. Karya= kerja, wisata = pergi. Karyawisata = pergi bekerja. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata berarti siswa-siswa mempelajari suatu obyek di tempat mana obyek tersebut berada. Karyawisata dapat dilakukan dalam waktu singkat beberapa jam saja ataupun cukup lama sampai beberapa hari.
g)   Metode Demonstrasi
Demonstrasi biasa digunakan untuk memperagakan atau menunjukan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasa yang harus di demonstrasi.
h)   Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode Pemecahan Masalah ( Problem solving)  adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harusdipecahkan atau diselesaikan, baik secara individual atau secara kelompok. Pada metode ini titik berat diletakkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar dan tepat, tekanan nya pada proses pemecahan masalah dengan penentuanalternatif yang berguna saja. Metode ini baik untuk melatih kesanggupan siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mengingat tidak ada manusia yang dapat terlepas dari kesulitan atau masalah yang harusdiselesaikan secara rasional.
i)     Metode Inkuiri
Inkuiri adalah suatu kegiatan dan penelaahan sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir atau penalaran secara teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Metode inkuiri merupakan kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dihadapkan pada suatu keadaan atau masalah untuk kemudian dicari jawaban atau kesimpulannya. Jawaban atau kesimpulan tersebut belum tentu merupakan pemecahan atas masalah atau keadaan yang dihadapi.Dapat juga jawaban tersebut hanya sampai pada tingkat menemukan hal-hal yang menyebabkan timbulnya keadaan atau masalah tersebut. Dan hal inilah yang membedakan antara metode inkuiri dengan metodepemecahan masalah (Problem Solving) yang lebih menitikberatkan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa. Kegiatan inkuri dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawabantar guru dengan murid, dan sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupunkemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu.
j)      Metode Modelling
Dalam pembelajaran Pkn guru merupakan modelling yang sangat berperan untuk mengajarkan materi-materi yang berisi nilai-nilai moral. Anak akan melihat dan mengamati apa yang di lakukan model kemudian menirukannya dalam perilaku. Selain guru model yang di gunakan dalam pembelajaran Pkn dapat berupa manusia, misalnya tokoh masyarakat, aparat pemerintah, pemimpin negara, pahlawan bangsa. Non manusia, misalnya mengunakan kancil dalam cerita dongeng.
k)   Metode Gaming
            Gaming merupakan metode pembelajaran pkn yang menuntut siswa untuk berlomba-lomba menang atau kalah. Penentuan menang kalah di lihat dari sisi skor, adu kecepatan dalam menyelesaikan soal-soal dengan benar.
l)     Metode Penanaman Nilai
Melalui metode penanaman nilai ini dapat di ajarkan kepada siswa :
                    I.            Memberikan nilai atas sesuatu
                  II.            Membuat penilaian yang rasional dan dapat di pertanggung jawabkan
               III.            Memiliki kemapuan serta kecenderungan untuk mengambil keputusan yang menyangkut masalah nilai dengan jelas, rasional dan obyektif.
               IV.             Memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
m) Metode bermain peran ( Role Playing)
Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964:171). Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial.
Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menetukan apakah proses  pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang: (Hasan, 1996: 266).

sumber :: https://meylahazizah.wordpress.com/2013/12/27/strategi-belajar-mengajar-dan-pendekatan-pkn-dalam-kerangka-strategi-belajar-pkn/

tugas ini dibuat untuk :
mata kuliah : Pembelajaran PKN di SD
Dosen : Dirgantara Wicaksono, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar