Nama
: Lina Nurlina
NIM
: 2013820080
Prodi/Kelas
: PGSD / BSD IV
RESENSI
FILM SANG PENCERAH
Film ini
menceritakan tentang sebuah perjuangan islam dan sebuah organisasi islam
Muhammadiyah yang di dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan.
Awal cerita pada
tahun 1868 di sebuah kampung kauman yang merupakan kampung terbesar di
Yogyakarta dengan masjid besar sebagai pusat kegiatan agama dipimpin seorang
penghulu bergelar kamaludiningrat. Saat itu islam terpengaruh oleh ajaran syeh
siti jenar yang meletakan raja sebagai perwjudan tuhan. Mayarakat meyakini
titah raja adalah sabda tuhan syariat islam bergeser ke arah tahayul dan
mistik. Sementara itu kemiskinan dan kebodohan merajalela akibat politik tanam
paksa pemerintah belanda. Agama tidak bisa mengatasi keadaan, terlalu sibuk
dengan tahayul yang bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasul Muhammad Saw.
Sampai tiba
suatu masa, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Muhammad Darwis, ia lahir
dari pasangan orang tua yang dikenal sebagai pemuka agama. Ayahnya bernama kyai
Abu Bakar, adalah seorang khatib dan Imama terbesar di mesjid besar kesultanan
Yogyakarta. Sedangkan ibunya anak seorang penghulu bernama Haji Ibrahim.
Menginjak usia
remaja, Muhammad Darwis memang memiliki sifat yag berbeda dengan masyarakat
lainnya, kebanyakan masyarakat kampung selalu memberikan sesajen di
tempat-tempat yang dianggap sakral salah satunya menyimpan kelapa muda dan
kembang-kemang dibawah pohon rindang. Lalu muhmmad darwis diminta oleh ayahnya
untuk menunaikan haji sambil memperdalam ilmu agama islam di tanah suci,
sehingga setelah pulang nanti ayahnya meminta dengan membawa perubahan.
Setelah 5 tahun
kemudian kembali ke tanah air Muhammad Darwis mengubah namanya menjadi ahmad
Dahlan, tak lama juga ia menikahi gadis yang bernama Siti Walidah dan hingga ia
bersemangat untuk sebuah cita-cita melakukan pemikiran dan pemahaman islam.
Ahmad dahlan
mulai berdakwah menggantikan ayahnya yang sudah meninggal. Lalu Ia mengawali
cita-citanya itu dengan mengubah arah kiblat pada arah yang sebenarnya, namun
praktek pembaharuan yang dilakukan ahmad dahlan tidak semudah yang diharapkan. Dalam
kemudian berusaha mewujudkan maksud pembaharuannya itu dengan membangun langgar
sendiri dan meletakkan kiblat yang tepat. Masyarakat begitu membencinya ketika
sudah menjadi kyai karena dianggap ajarannya sesat, banyak tantangan dari kaum
tua serta penghulu daerah yang memerintahkan masyarakat membinasakan langgar
yang dibangun Ahmad Dahlan itu.
Ahmad Dahlan bersedih tak mampu berbuat banyak dan
nyaris putus asa, hampir saja ia dan istrinya meninggalkan kota kelahirannya
itu jika seorang anggota keluarganya tidak menghalangi dan membangunkan
untuknya sebuah langgar yang baru, dengan jaminan bahwa ia dapat mengajarkan
pembaruan islamnya itu sesuai keyakinan sendiri tanpa ada gangguan dari orang
lain. Ahmad Dahlan mulai berjalan dengan para murid-muridnya yang masih setia
belajar sejak awal hingga mengajak murid-murid yang lainnya, dan ia berhasil
walau masih banyak orang yang mencaci makinya dengan sebutan kyai kafir, namun
ia tidak terpengaruh dengan ejekan-ejekan yang dilontarkan oleh
masyarakat/orang lain. Tetapi setidaknya sudah menunjukkan titik cerah ketika
ia mencapai kepercayaan menggantikan ayahnya sebagai khatib di masjid sultan.
Pada tahun 1909 Ahmad dahlan
memasuki organisasi pergerakan Budi Oetomo, dengan maksud memberikan pelajaran
agama islam bagi para anggotanya. Ia berharap dapat mewujudkan tujuan yang
lebih jelas, yaitu dapat memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah dan
tempat-tempat lainnya. Dengan sekolah madrasah yang dibantu murid-muridnya,
sekolah tersebut dibuka secara gratis untuk umum dan anak-anak yang dari
keluarga tidak mampu untuk diajarkan agama islam yang benar. Berdirinya ekolah
tersebut masih saja Ahmad Dahlan mendapat tolakan dari masyarakat serta
guru-guru besar yang dahulu mengajarinya saat menuntut ilmu, hanya karena ahmad
dahlan di dalam pengajarannya menggunakan alat-alat yang dianggap buatan kafir
seperti papan tulis, meja, kursi. Saat salah satu guru besar mengunjungi
sekolah yang didirikan Ahmad dahlan, yang ada hanya malah mengejek-ejek tentang
fasilitas yang digunakan Ahmad Dahlan karena sudah menggunakan barang-barang
buatan orang kafir, namun Ahmad Dahlan hanya bisa tersenyum dan
membalik-balikan perkataan guru itu secara sopan.
Para santri didikan Ahmad Dahlan itu
akhirnya mempersiapkan diri secara matang untuk melakukan perombakan pada
berbagai faham yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran islam. Tekadnnya
itu mereka wujudkan dengan mendirikan organisasi islam yang diberi nama
Muhammadiyah. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, bisa
juga dikenal sebagai para pengikut Nabi Muhammad SAW. Walau sempat ada
kesalahpahaman dengan para guru-guru dan kyai lainnya namun dapat diselesaikan
sehingga tercapailah kedamaian dan tidak ada lagi pertikaian dan tidak lagi
disebut sebagai agama yang menyimpang. Hingga akhirnya, Ahmad Dahlan dapat
diterima di masyarakat, banyak orang kampung meminta nasehat kepadanya, bahkan
murid dan santrinya pun bertambah banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar